Senin, 31 Mei 2021

USAHA ATAS NAFI ISBAT

 


USAHA ATAS NAFI ISBAT


Usaha atas Nafi Itsbat (Meniadakan yang lain dan hanya membenarkan Allah) 


Meyakini Kekuasaan Allah ada yang :


1. Dengan Asbab :

menciptakan manusia hasil dari perkawinan manusia (Sunnatullah)


2. Tanpa Asbab :

menciptakan manusia tanpa ibu dan bapak seperti Adam AS


3. Berlawanan Asbab :


menciptakan manusia bertentangan dengan asbab, Isa AS lahir dari ibu yang suci, onta nabi sholeh yang lahir dari batu, tongkat nabi Musa AS menjadi ular.


Meyakini bahwa :


1. Allah Khaliq : Allah yang menciptakan

2. Allah Malik : Allah yang bertanggung jawab atas pemeliharaan ciptaannya

3. Allah Razieq : Allah pula yang menjamin Rizki CiptaanNya


Meyakini bahwa :


1. Mahluk itu adalah ciptaan Allah

2. Sifat pada mahluk ini Allah yang memberikan

3. Allah kuasa merubah sifat pada mahluk

4. Sifat pada mahluk hanya setetes sifat di dalam khazanah Allah


Contoh :


Api itu adalah mahluk Allah. Sifat panas pada Api adalah Allah yang memberikan. Allah kuasa merubah sifat panas pada Api seperti Apinya Nabi Ibrahim AS yang menjadi sejuk. Sifat yang ada pada Api ini dibanding dengan sifat-sifat yang masih ada dalam khazanah Allah hanya seperti satu tetes air di lautan.


Meyakini bahwa :


1. Allah mampu memberikan manfaat dengan mahluk

2. Mahluk tidak bisa memberikan manfaat dan mudharat tanpa seizin Allah

3. Allah tidak berhajat pada mahluk, tetapi mahluk berhajat pada Allah

4. Allah mampu memberikan manfaat tanpa mahluk


contoh :


“ Allah dapat menyembuhkan penyakit dengan obat. Obat tidak bisa menyembuhkan penyakit tanpa izin dari Allah. Obat adalah mahluk, dan mahluk tetap mahluk. Allah tidak berhajat pada mahluk tetapi mahluk berhajat pada Allah. Mahluk tidak bisa memberikan manfaat dan mudharat tanpa izin dari Allah. Obat dapat menyembuhkan penyakit karena ada izin dari Allah. Tetapi Allah tidak memerlukan obat dalam menyembuhkan penyakit. Allah berkuasa menyembuhkan penyakit dengan obat ataupun tanpa obat.”


“ Allah dapat menghilangkan haus dengan air. Namun Air tidak bisa menghilangkan haus tanpa izin dari Allah. Air adalah mahluk, dan mahluk tetap mahluk. Allah tidak berhajat pada mahluk tetapi mahluk yang berhajat pada Allah. Mahluk tidak bisa memberikan manfaat dan mudharat tanpa izin dari Allah. Air dapat menghilangkan haus karena ada izin dari Allah. Allah mampu menghilangkan haus tanpa air.”


“ Allah mampu menggunakan Api untuk membakar. Tetapi Api tidak bisa membakar tanpa izin dari Allah. Api mahluk, dan mahluk tetap mahluk. Allah tidak berhajat pada mahluk tetapi mahluk berhajat pada Allah. Mahluk tidak bisa memberikan manfaat dan mudharat tanpa izin dari Allah. Api dapat membakar karena ada izin dari Allah. Allah berkuasa membakar tanpa api.”


• Meyakini bahwa :


1. Mahluk tidak bisa, Allahlah yang melakukannya

2. Mahluk untuk bisa berhajat pada Allah, Allah melakukannya tidak berhajat pada mahluk

3. Jika Allah berkehendak dapat dengan mahluk, jika Allah berkehendak bisa tanpa mahluk

4. La illaha Illallah


Contoh :


“Api tidak bisa membakar, Allah yang membakar. Api untuk membakar berhajat pada Allah. Allah membakar tidak berhajat pada api. Jika Allah berkehendak Allah bisa membakar dengan api, jika Allah berkehendak Allah bisa membakar tanpa Api. Jika Allah berkehendak ada api tapi tidak terbakar-bakar. La Illaha Illallah.”


“Pesawat tidak bisa mengantar manusia, Allahlah yang mengantar manusia. Pesawat untuk bisa mengantar manusia berhajat pada Allah. Allah untuk mengantar manusia tidak berhajat pada pesawat. Jika Allah berkehendak Allah bisa mengantar manusia dengan pesawat, jika Allah berkehendak Allah bisa mengantar manusia tanpa pesawat. La Illaha Illallah”


“Air tidak bisa menghilangkan haus, Allah yang menghilangkan haus. Air menghilangkan haus berhajat pada Allah. Allah menghilangkan haus tidak berhajat pada air. Jika Allah bekehendak Allah bisa menghilangkan haus dengan air, jika Allah berkehendak Allah bisa menghilangkan haus tanpa air.”


Ulama katakan : “Awalluddeen Ma’rifatullah” artinya awal beragama adalah mengenal Allah. Istilah Umum : “Tak kenal tanda tak sayang” maksudnya kenal terlebih dahulu baru rasa sayang datang. Jadi tugas pertama yang perlu kita fikirkan adalah bagaimana kita bisa mengenal Allah terlebih dahulu karena itu adalah awal dari suatu rasa cinta kita. Dengan mengenal Allah maka akan datang rasa cinta kita kepada Allah. Jika kita sudah cinta kepada Allah baru kita fikirkan bagaimana caranya mendatangkan cinta Allah kepada kita. Namun untuk bisa mengenal Allah, maka kita harus mengenal diri sendiri terlebih dahulu. Cara terbaik untuk mengenal Allah adalah dengan Pengenalan Diri bahwa kita ini hanya”Hamba” dan Allah adalah “Khaliq”. Contoh :


1. Kita ini Fana ( dari tiada ) dan hanya Allah yang Nyata ( yang ada )

2. Kita ini tidak bisa berbuat dan hanya Allah yang bisa berbuat

3. Kita ini salah dan hanya Allah yang benar

4. Kita ini hina dan hanya Allah yang mulia, etc.


Inilah hakekat dari kalimat : “ La Illaha Illallah” = kalimat Nafi Istbat


Nabi SAW bersabda Mahfum :


“Barang siapa yang menyatakan perang kepada kekasihKu, Aku akan menyatakan perang kepadanya. Tidak ada jalan yang lebih Aku sukai dari hamba-hambaku yang ingin mendekatkan dirinya kepadaKu selain dari mengerjakan perkara-perkara yang Aku Wajibkan. Namun hamba-hambaKu senantiasa juga melaksanakan yang Aku Sunnatkan, sehingga Aku mencintainya. Jika Aku sudah mencintainya maka Aku akan menjadi penglihatannya yang dengannya ia melihat, aku akan menjadi pendengarannya yang dengannya ia mendengar, Aku akan menjadi mulutnya yang dengannya ia berbicara, aku akan menjadi kakinya yang dengannya ia melangkah, dan aku akan menjadi tangannya yang dengannya ia memukul. Jika ia berdoa kepadaku niscaya pasti akan aku kabulkan.”

Rabu, 26 Mei 2021

BAYAN HIDAYAH DAN WABSI

 

BAYAN HIDAYAH DAN WABSI

 HIDAYAH JAMA’AH RIJAL

  1. Pentingnya Agama dan Usaha atas Agama.
  2. Fadlilah Keluar di jalan Allah SWT.
  3. Maksud dan Tujuan Keluar di jalan Allah SWT:
    a. Memperbaiki diri, mewujudkan 6 sifat sahabat dalam diri sendiri;
    b. Membentuk Jama’ah Cash;
    c. Menghidupkan/meningkatkan amal maqomi, dengan cara Mudzakaroh dan praktek bersama jama’ah
    masjid setempat ;
  4. Usul-usul Dakwah
    Empat hal yang diperbanyak,
    Empat hal yang dikurangi,
    Empat hal yang dijaga,
    Empat hal yang ditinggalkan,
    Empat hal yang tidak boleh disentuh ;
  5. Adab-adab/Tertib
    Mulai dari adab perjalanan, musyawarah kerja, amal selama tasykil sampai kembali ke markas untuk
    karghuzari dan wabsi. Semasa tasykil dingatkan agar tidak membawa HP.

BAYAN HIDAYAH JAMA’AH MASTUROT

  1. Pentingnya Agama dan Usaha atas Agama.
  2. Fadlilah Keluar di jalan Allah SWT.
  3. Maksud dan Tujuan Keluar di jalan Allah SWT:
    a. Memperbaiki diri, mewujudkan 6 sifat sahabat dalam diri sendiri dan menjadikan wanita sebagai Dai’yah,
    Muta’alimah, Murobbiah,‘Abidah, Zahidah, dan Khadimah ;
    b. Membentuk Jama’ah Cash Rizal dan Masturoh ;
    c. Menghidupkan/meningkatkan amal maqomi dan 5 amal rumah, dengan cara Mudzakaroh dan praktek
    bersama jama’ah masjid setempat dan tuan rumah ;
  4. Usul-usul Dakwah
    4 Hal diperbanyak,
    4 Hal yang dikurangi,
    4 Hal yang dijaga,
    4 Hal yang ditinggalkan,
    4 Hal yang tidak boleh disentuh ;
  5. Adab-adab/Tertib
    Mulai dari adab perjalanan, musyawarah kerja, amal selama tasykil sampai kembali ke markas untuk
    karghuzari dan wabsi. Semasa tasykil dingatkan agar tidak membawa HP.

BAYAN WABSI JAMA’AH RIJAL

  1. Pentingnya Agama dan Usaha atas Agama .
  2. Menghadirkan perasaan syukur, nadamah (perasaan sedih belum bisa menyempurnakan amal dakwah) dan
    banyak Istighfar atas segala kekurangan.
  3. Kembali dari khuruj:
    a. Menjadikan dakwah sebagai maksud hidup, membawa 6 sifat sahabat dalam kehidupan sehari-hari :
    • Menjaga nisob
    • Meningkatkan pengorbanan 1/3 hidup
    b. Menghidupkan amal maqomi:
    • Amal masjid
    • Amal rumah
    • Khidmat kepada ‘Ulama
    • Usaha atas pelajar, mahasiswa dan santri
    • Memperhatikan maktab Al Qur’an
    • Usaha atas LP, RS dan TR
    c. Menjadikan diri kita sebagai teladan dengan cara menyempurnakan muamalah, muasyarah dan akhlaq.
    d. Menjaga Ijtima’iyat kerja dengan menyambungkan diri kepada muhala, halaqah dan markaz.
    e. Menjadi anshor yang baik (nusroh jamaah) ;
    f. Menjaga amal infirodi.

BAYAN WABSI JAMA’AH MASTUROT

  1. Pentingnya Agama dan Usaha atas Agama.
  2. Menghadirkan perasaan syukur, nadamah (perasaan sedih belum bisa menyempurnakan amal dakwah) dan
    banyak Istighfar atas segala kekurangan.
  3. Kembali dari khuruj:
    a. Menjadikan dakwah sebagai maksud hidup, membawa 6 sifat sahabat dalam kehidupan sehari-hari,
    mewujudkan target masturoh untuk menjad Dai’ah, Muta’alimah, Murobbiah, ‘Abidah, Zahidah dan
    Khadimah ;
    b. Menghidupkan amal maqomi :
    • Lima Amal rumah
    • Ta’lim Mingguan Muhala
    • Tiga hari setiap tiga bulan
  4. Menjaga nisob 15/10 hari setiap tahun dan 2 bulan/40 hari setiap 3 tahun.
  5. Menjadikan diri kita sebagai teladan dengan cara menyempurnakan muamalah, muasyarah dan akhlaq.
  6. Menjadi anshor yang baik (nusroh jamaah dan masturot yang ditinggal).
  7. Menjaga amal infirodi.

Allah Kuasa Makhluk Tak Kuasa


Allah Kuasa Makhluk Tak Kuasa

Laa ilaha illallah


Iman Dan Yakin

 


*Mari Kiat Bicarakan Iman dan Yakin.*


Kalimah Iman : _"Laa ilaaha illa Allah_"


*Nilai Iman*      : Sekecil-kecilnya Iman akan dibalas dengan surga 10 kali lipat dunia besarnya


*Standar Iman*  : Seluruh jasad kita dapat taat kepada Allah, dan terhindar dari perbuatan maksiat.


*Puncak Iman*   : Tidak terkesan dengan segala suasana tetapi membuat kesan pada setiap suasana


*Tanda Iman Betul*   : Berkeyakinan bahwa kebahagian hidup di dunia dan di akhirat hanya pada Iman dan Amal sholeh


*Tanda Iman Salah*  : Berkeyakinan bahwa kebahagian hidup di dunia dan di akhirat hanya mengandalkan kebendaan atau keduniaan


*Tanda Iman Kuat*   : Selalu melihat kebaikan orang lain dan menonjolkan keburukan diri sendiri


*Tanda Iman Lemah* : Selalu melihat keburukan orang lain dan menonjolkan kebaikan diri sendiri


*Tanda Iman Meningkat* : Apabila dalam 24 jam mengikuti cara hidup sunnah Rasulullah saw


*Tanda Iman Menurun* : Apabila  dalam 24 jam kita banyak melakukan perbuatan sia-sia / maksiat


*Tanda Iman Sempurna* : Tidak terkesan dengan maju mundurnya keduniaan, tetapi akan merasa rugi dan menyesal apabila ada amal sholeh yang luput atau tertinggal...

Rabu, 19 Mei 2021

ADAB JAULAH


Jaulah artinya keliling. Semua Anbiya’ (para Nabi a.s.) mengadakan jaulah menjumpai manusia untuk diajak beriman kepada Allah. Jaulah merupakan kumpulan usaha / amal Nabi yang dikerjakan dalam waktu bersamaan, yakni : Dakwah Ialllah, Taklim wat Ta’alaum, Dzikir Ibadah, dan Khidmat. Jaulah merupakan tulang punggung dakwah, sedangkan dakwah merupakan tulang punggung agama. Jaulah sangat penting bagi agama, tidak ada jaulah maka agama akan hancur, agama akan punah, agama tinggal nama, Al-Qur’an tinggal tulisan.

Maksud dan Tujuan Jaulah

Maksud dan Tujuan Jaulah antara lain untuk membentuk sifat sabar, tawadhu, ikhlas, ihsan, dan sifat lainnya. Sehingga mudah mengamalkan kurang lebih 154 hukum Islam. Sehingga Allah Subhanahu wa ta’ala memberikan hidayah dan mengekalkan hidayah dalam diri kita dan menjadi asbab tersebarnya hidayah pada diri orang lain.

Keutamaannya :

  • Siapa saja yang mengalami kesusahan untuk mengajak seorang dalam jaulah, maka Allah Subhanahu wa ta’ala akan memudahkan langkahnya masuk ke jannah. Setiap langkah kaki akan mengangkat derajatnya 700 kali di sisi Allah Subhanahu wa ta’ala dan akan menggugurkan dosa-dosa.
  • Para malaikat dan seluruh makhluk , baik yang di darat dan di laut dan di angkasa memohon ampunan bagi orang yang berjaulah.
  • Para malaikat merendahkan sayapnya untuk dilalui dan debu-debu yang menempel akan menjadi tameng asap api neraka.
  • Berdiri sesaat di jalan Allah lebih baik dari pada beribadah di depan Hajar Aswad dan pada malam Lailatul Qadar.
  • Barang siapa yang terluka di jalan Allah atau tertimpa musibah, maka sesungguhnya ia akan dibangkitkan dengan darah yang masih menetes seperti keadaannya pada waktu ia terluka, yang warna darahnya seperti za’faron dan harumnya seperti harum katsuri.

Kelompok jaulah terbagi dua, yaitu :

  • Kelompok di dalam masjid adalah : (1) dzakirin/mudzakir , tugasnya berdzikir dengan khusyu’ dan berdo’a memohon hidayah bagi umat manusia hingga meneteskan air mata, dan baru berhenti bila jamaah yang diluar telah kembali, (2) muqarrar , tugasnya mengulang-ulang pembicaraan iman dan ‘amal shalih (taqrir), (3) mustami’, tawajjuh mendengar pembicaraan taqrir , dan (4) Istiqbal, tugasnya menyambut orang yang datang ke masjid lalu mempersilahkan shalat Tahiyyatul Masjid , dipersilahkan duduk dalam majlis taqrir, juga menunggu dengan penuh kerisauan dan fikir kepada saudaranya yang belum datang ke masjid.
  • Kelompok di luar masjid adalah : (1) dalil, sebagai penunjuk jalan , sebaiknya dalil adalah warga setempat untuk menunjukan mana rumah non muslim, muslim, ulama, umara, dan ahli masjid atau orang yang belum shalat berjamaah di masjid. (2) mutakallim, sebagai juru bicara, penyambung risalah Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam. (3) Makmur, tugasnya berdzikir (dalam hati), tidak berbicara , dan mengantarkan jamaah cash ke masjid , dan (4) amir jaulah, bertanggungjawab terhadap rombongan jaulah. Jika ada yang melanggar tertib maka amir mengucapkan Subhanallah, dan masing-masing mengoreksi dirinya bukan melihat orang lain. Jika masih tidak tertib juga , maka amir memberi targhib dan berhak memutuskan, apakah jaulah dilanjutkan atau kembali ke masjid.
  • Dalam surat Yasin diceritakan tentang jaulah Habib An-Najar yang mati syahid ketika buat jaulah.
  • Tatkala Kami utus dua orang (Mutakallim dan Amir) QS Yasin : 14. Maka Kami kuatkan dengan yang ketiga (makmur) QS Yasin : 14. Dan datanglah seseorang dari pinggiran kota dengan tergesa-gesa (Dalil) QS Yasin : 20.

Pada waktu jaulah hendaknya membawa empat sifat :

  • Fikir, dalam berjaulah ini bukan sekedar melihat-lihat suasana tetapi harus dijalankan dengan penuh fikir dan risau Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam , bagaimana agar umat manusia selamat dari adzab Allah subhanahu wa ta’ala sehingga Islam menjadi rahmatan lil’alamin.
  • Dzikirjangan buat jaulah dengan hati yang lalai , buat jaulah dengan do’a dan mengingat Allah Subhanahu wa ta’ala, merasa diawasi dan dilihat oleh Allah Subhanahu wa ta’ala dan berharap Allah Subhanahu wa ta’ala menurunkan hidayah-Nya.
  • Syukur, hemdaknya bersyukur telah dipilih dan dilibatkan oleh Allah Subhanahu wa ta’ala dalam tugas yang mulia untuk melanjutkan usaha nubuwwah, padahal kita orang yang dhaif dan tak berilmu, karena sesungguhnya kita tak pantas melakukan usaha yang mulia ini, usaha para nabi dan rasul.
  • Sabar , hendaknya memahami bahwa segala usaha ke arah perbaikan pasti ada rintangannya, iblis dan sekutu-sekutunya tidak akan pernah berhenti sampai hari kiamat untuk menghalangi. Tidak semua orang paham akan amalan ini, kecuali orang-orang yang telah diberi hidayah oleh Allah Subhanahu wa ta’ala. Oleh sebab itu kita akan bertemu dengan orang-orang yang memilii sifat-sifat seperti : (1) Abu Bakar , langsung menyambut baik menerima dan ikut ambil bagian dalam usaha ini (jamaah cash) , (2) Abu Thalib, sangat mendukung dan memberi fasilitas serta membela jika ada yang menentang, tetapi sayang tak mau bergabung hingga akhir hayatnya, karena menganggap derajat bangsawannya akan jatuh jika bergabung dalam usaha ini , (3) Abu Sofyan, masih enggan dan malu, nanti orang-orang berbondong-bondong memeluk Islam , baru bergabung setelah fathul Makkah. (4) Abu Jahal , yang digambarkan menentang keras dan berusaha selalu menghalangi dengan berbagai cara kapanpun dan dimanapun serta dalam  situasi dan kondisi apa saja.

Kerja Dakwah adalah kerja yang paling banyak memberikan maslahat , sehingga syetan dan kawan-kawannya takkan berhenti menghalangi. Hal ini adalah sunnatullah, sebagaimana Allah Subhanahu wa ta’ala menurunkan hujan ke bumi ini, ada yang suka dan ada yang tidak suka. Para petani akan bergembira karena tanamannya mendapat siraman air, tetapi sebaliknya, petani yang sedang menjemur padi-nya kurang senang karena jemurannya tidak kering . Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang berakhlak mulia, juga tetap diuji dengan hal-hal yang tidak menyenangkan dalam amal dakwah ini. Dan tetap bergerak walaupun kaum kuffar , musrikunmunafikun, dan fasikin tidak suka.

“Dialah Yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar Dia memenangkannya di atas segala agama-agama meskipun orang-orang musyrik benci.” (QS. As Shaff : 9)

Para Nabi dan rasul yang terdahulu pun mengalaminya. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman :

“Dan seperti itulah telah kami adakan bagi tiap-tiap nabi, musuh dari (kalangan) orang-orang yang berdosa. Dan cukuplah Rabbmu menjadi Pemberi Petunjuk dan Penolong.” (Qs. Al Furqon : 31)

Sebelum berjaulah seluruh rombongan dipersiapkan . Adab-adab jaulah disampaikan setelah selesai pembagian tugas, agar masing-masing memahami adab-adabnya. Diantara adab jaulah adalah :

  • Berdoa memohon hidayah di tempat yang terbuka
  • Disunnahkan berjalan di sebelah kanan dengan menundukan pandangan seolah mencari barang yang hilang, karena pandangan yang tidak terjaga  akan dapat menyebabkan rusaknya amalan ini, sehingga menghalangi turunnya hidayah. Ketika jaulah kita menundukan pandangan, maka akan mudah mengamalkan Al Qur’an. Tetapi bila tidak menundukan pandangan, tidak akan dapat mengamalkan Al Qur’an, bahkan hafalan ayat-ayat Al Qur’an akan dapat hilang. Memandang yang halal diperbolehkan , tetapi pandangan tersebut dapat mentasykil (mengajak) hati untuk menginginkan barang yang dilihat. Apabila menundukan pandangan, maka akan melihat hakikat tanah tempat kita akan dikuburkan serta batu yang pecah-pecah  ketika Allah Subhanahu wa ta’ala menghancurkan bumi ini.
  • Dalil dan mutakallim berada di depan, sedangkan amir di belakang.
  • Hindari berdiri di depan pintu rumah, apa yang ada dalam rumah bagi orang yang kita kunjungi adalah “aurat“, maka hendaknya kita menghormati pemilik rumah dengan tidak melihat-lihat pemandangan dalam rumah tanpa seizin pemilik rumah. Jika kita berdiri tepat di depan pintu rumah kemungkinan untuk melihat isi rumah menjadi besar.
  • Dalil mengetuk pintu rumah ,  jika tuan rumah tidak merespon, maka ketukan diulangi lagi sehingga sampai 3 kali , ditiap jeda saat menuggu respon dari tuan rumah, dianjurkan  berdzikir kalimat thoyyibah subhanallah wal hamdulillah wa laailahaillallah wa Allahuakbar (dzikir lisan ataupun dzikir qolbi , yang tidak dikeraskan) , jika tidak ada respon  dari tuan rumah maka jamaah meninggalkan rumah tersebut dengan berprasangka baik.
  • Apabila tuan rumah berada di tempat, maka mutakallim yang berbicara dan semua anggota rombongan mendengarkan pembicaraan mutakallim dengan tawajjuh (konsentrasi) dan risau bagaimana Allah Subhanahu wa ta’ala memudahkan langkah tuan rumah menuju masjid. Mutakallim menyampaikan maksud dan tujuan silaturrahimtarghib mengenai kebesaran Allah dan alam akhirat, serta pentingnya iman dan amal shalih. Kemudian tasykil ke masjid. (pembicaraan tidak panjang seperti bayan dan tidak pendek seperti i’lan (pengumuman) , sesuai dengan kapasitas orang yang dijumpai (pembicaraan tidak mesti seragam).
  • Jaulah ditangguhkan sebelum waktu adzan, dengan amir rombongan memberi  targhib dan mengingatkan lagi bahwa jaulah ini diniatkan untuk seluruh alam dan niat akan dilanjutkan sampai anak cucu kelak sampai hari kiamat. Dan perbanyak istighfar sebab mungkin banyak melanggar tertib, dan juga karena masih banyak saudara muslim  yang belum tertunaikan hak-haknya.
  • Jaulah dilakukan sebelum shalat waktu Maghrib, atau sesuai dengan kondisi masyarakat setempat. Apabila masyarakat rata-rata berada dirumah pada malam hari, jaulah dilakukan ba’da Maghrib dan bayannya ba’da Isya (diantara dua waktu shalat).

Adab Bersiwak

 

Bersiwak dan Adab-Adabnya


Siwak berbeda dengan sikat gigi. Siwak adalah sejenis kayu yang digunakan oleh Rasulullah S.A.W untuk membersihkan gigi. Beliau S.A.W bersabda,

"Seandainya tidak memberatkan umatku, maka kuanjurkan untuk bersiwak setiap akan melaksanakan shalat." (Muttafaq 'Alaih)


Diantaranya ketika dia masuk kedalam rumah…

 رَوَى شُرَيْحٌ بْنُ هَانِئِ قَالَ : سَأَلْتُ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا بِأَيِّ شَيِءٍ يَبْدَأُ النَّبِيُّ إِذَا دَخَلَ بَيِتَهُ ؟ قَالَتْ : بِالسِّوَاكِ (رواه مسلم)

Telah meriwayatkan Syuraih bin Hani, beliau berkata : “Aku bertanya kepada ‘Aisyah : “Apa yang dilakukan pertama kali oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam jika dia memasuki rumahnya ?” Beliau menjawab :”Bersiwak”. [Hadits riwayat Muslim, Irwaul Ghalil no 72] 


Atau ketika bangun malam… 

عَنْ حُذَيْفَةَ بْنِ الْيَمَانِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : كَانَ رَسُوْلُ اللهِ إِذَا قَامَ مِنَ اللَّيْلِ يَشُوْسُ فَاهُ بِالسِّوَاكِ 

“Dari Hudzaifah ibnul Yaman Radhiyallahu ‘anhu, dia berkata : “Adalah Rasulullah jika bangun dari malam dia mencuci dan menggosok mulutnya dengan siwak”. [Hadits riwayat Bukhari] 


Bahkan dalam setiap keadaan pun boleh bagi kita untuk bersiwak. Sesuai dengan hadits di atas (السِّوَاكَ مَطْهَرَةٌ لِلْفَمِّ مَرْضَاةٌ لِلرَّبِّ). 

Dalam hadits ini Rasulullah Shallallahualaihi wasallam memutlakkannya dan tidak mengkhususkannya pada waktu-waktu tertentu. Oleh karena itu siwak boleh dilakukan setiap waktu (Syarhul mumti’ 1/120, Fiqhul Islami wa Adillatuhu 1/300), sehingga tidak disyaratkan hanya bersiwak ketika mulut dalam keadaan kotor [Syarhul Mumti’ 1/125].


Disunnahkan bersiwak ketika berwudhu, sebelum dan setelah bangun tidur, sebelum makan, memasuki rumah, sebelum membaca al Qurán, sebelum berdzikir, sebelum menghadiri suatu majelis, sebelum bersetubuh, pada waktu sahur dan apabila tanda-tanda kematian telah mendekat. Jika istiqamah mengámalkannya, Allah S.W.T akan melipatgandakan pahala shalatnya.


Rasulullah S.A.W bersabda,

"Dua rakaat shalat yang dilakukan dengan bersiwak, lebih utama daripada 70 rakaat yang dikerjakan tanpa bersiwak." (Hr. Abu Nua'im)


Keutamaan siwak adalah: (1) mensucikan mulut, (2) membuat Allah S.W.T ridha, (3) menghilangkan bau mulut, (4) mencerahkan pandangan, dan (5) sebagai obat dan memfasihkan berbicara.


Adab-adabnya antara lain:


● Sebelum bersiwak mengucapkan basmalah dan berdoá:

Doa Sebelum bersiwak:

ﺍَﻟﻠَّﻬُـﻢَّ ﻃَﻬِّﺮْ ﻓَﻤِﻰ ﻭَﻧَﻮِّﺭْ ﻗَﻠْﺒِﻰ ﻭَﻃَﻬِّﺮْ ﺑَﺪَﻧِﻰ ﻭَﺣَﺮِّﻡْ ﺟَﺴَﺪِﻯ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﻨَّـَﺎﺭِ .

Allāhumma thahhir famin wa nawwir qalbī wa thahhir badanī waharrim jasadï 'alannār

"Ya Allah, sucikanlah mulutku, terangilah hatiku, sucikanlah badanku dan haramkanlah diriku dari api neraka."


● Memegang siwak dengan tangan kanan, diletakkan di antara jari manis dan jempol, tiga jari lainnya diletakkan di atas siwak.


● Bersiwak dimulai pada gigi atas sebelah kanan, lalu gigi atas sebelah kiri, kemudian gigi bawah sebelah kanan ke kiri.


● Siwak ditarik dari atas ke bawah, di sebelah kanan atas tiga kali, lalu ke kiri atas tiga kali, kemudian ke bawah dan hendaknya mengambil air tiga kali.


● Siwak hendaknya dicuci sebelum dan sesudah digunakan, letakkan siwak dengan posisi berdiri dan jangan diletakkan di tanah.


● Panjang siwak yang ideal adalah sejengkal dan paling pendek 12 cm, pilih siwak yang agak lurus sebesar jari manis.


● Sekurang-kurangnya bersiwak tiga kali, dan setiap satu kali sebaiknya disertai dengan menggunakan air. Sebaiknya siwak direndam lebih dahulu dengan air yang mengandung ghulab (sejenis bunga yang harum) atau air mawar sebelum digunakan.


● Boleh bersiwak di dalam masjid, namun dalam kitab Badzlul Maujud dianjurkan sebaiknya tidak bersiwak di dalam masjid, karena tujuan bersiwak untuk menghilangkan bau, sedangkan makruh menimbulkan bau busuk di dalam masjid.


● Makruh bersiwak di dalam WC dan makruh menggunakan siwak orang lain.


#AdabDanSunnah

Rabu, 12 Mei 2021

ADAB TIDUR

 

Adab-Adab Tidur


 

Ada tiga jenis tidur: (1) Khuluq (akhlak) kebiasaan Rasulullah S.A.W; (2) Khuruq (perusak), adalah  tidur pada waktu dhuha, setelah shalat shubuh hingga terbit fajar yang mengakibatkan kemalasan; (3) Humuq (kebodohan), adalah tidur pada waktu Ashar yang menimbulkan gangguan syaraf.

Berwudhu dan melaksanakan shalat sunnat dua rakaat (shalat Taubat). Rasulullah S.A.W bersabda, "Apabila kalian hendak mendatangi tempat tidur, maka berwudhulah seperti wudhu kalian untuk shalat." (Hr. Bukhari - Muslim)

Membaca al Qurán sekurang-kurangnya 10 ayat, antara lain: surat al Mulk, as Sajadah, al Waqiah, ayat Kursi dan ayat-ayat terakhir surah al Baqarah. (Hr. Bukhari - Muslim)

Menyiapkan alas tidur dengan mengibaskan tiga kali agar makhluk-makhluk kecil tidak tertindih. (Hr. Bukhari - Muslim)

Memakai celak sebelum tidur, dan berdoá:

ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺃَﺗْﻤِﻢْ ﻟَﻨَﺎ ﻧُﻮﺭَﻧَﺎ ﻭَﺍﻏْﻔِﺮْ ﻟَﻨَﺎ ﺇِﻧَّﻚَ ﻋَﻠَﻰ ﻛُﻞِّ ﺷَﻲْﺀٍ ﻗَﺪِﻳﺮٌ
Allāhumma atmim lanā nūranā waghfir lanā innaka 'alā kulli syai-inqadīr

"Ya Allah, sempurnakanlah cahaya kami dan ampunilah kami, sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu."

ﺍَﻟﻠّﻬُﻢَّ ﻧَﻮِّﺭْ ﺑَﺼَﺮِﻱْ ﻭَﺑَﺼِﻴْﺮَﺗِﻲْ ﻭَﺍﺟْﻌَﻞْ ﺳَﺮِﻳْﺮَﺗِﻲْ ﺧَﻴْﺮًﺍ ﻣِﻦْ ﻋَﻼَﻧِﻴَّﺘِﻲْ ﻭَﺍﺟْﻌَﻞْ ﻋَﻼَﻧِﻴَّﺘِﻲْ ﺻَﺎﻟِﺤَﺔً
Allāhumma nawwir basharī wa bashīratī waj'alsarīratī khayram min 'alā niyatī waj'al 'alā niyatī shālihatin

"Ya Allah, berilah cahaya pada mata dan hati saya, dan jadikanlah batin saya lebih baik daripada jasad saya, dan jadikanlah jasad saya baik (taat pada Allah dan Rasul-Nya)." (Maslakul Akhyar)

Sebelum tidur bermuhasabah, mengoreksi ámalan kita. Apakah hari ini lebih baik daripada hari kemarin atau sebaliknya? Dan membuang dendam dari dalam hati.

Membaca surat al Ikhlas, al Falaq dan an Naas dan tasbih Fatimah, yaitu: Subhanallah 33 kali, Alhamdulillah 33 kali, dan Allahu Akbar 34 kali. Kemudian tiupkan pada kedua telapak tangan dan usapkan keseluruh badan (ulangi sampai tiga kali). Serta dianjurkan membaca surah al Kahfi ayat 107-110 agar mudah bangun untuk shalat Tahajjud.

Niat bangun untuk shalat malam dan merebahkan diri, dengan doá:

بِاسْمِكَ اللّهُمَّ أَحْيَاوَ بِاسْمِكَ أَمُوت
Bismikallāhumma ahyā wa bismika amūt.

"Dengan nama-Mu ya Allah, saya hidup dan dengan nama-Mu saya mati." (Hr. Bukhari)

Ada dua cara tidur yang dicontohkan oleh Rasulullah S.A.W dan para sahabatnya: berbaring pada sisi kanan menghadap kiblat dengan tangan kanan di bawah pipi dan kaki kanan di atas kaki kiri; dan terlentang dengan kepala menoleh ke arah kiblat, kedua tangan dilipat di atas perut dan kaki kanan di atas kaki kiri.

Ada dua cara tidur yang dilarang: (1) Kaki melonjor ke arah kiblat (su'ul adab); dan (2) tidur tengkurap, sebab ini cara yang dibenci oleh Allah S.W.T. (Hr. Bukhari, Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Apabila tidur di masjid, hindari tidur di shaf pertama dan jika tidak memakai celana agar ujung kainnya diikat, dikhawatirkan ketika tidur aurat akan tersingkap.

Ketika berbaring sebelum memejamkan mata, berdoá:

ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺃَﺳْﻠَﻤْﺖُ ﻧَﻔْﺴِﻲ ﺇِﻟَﻴْﻚَ ﻭَﻓَﻮَّﺿْﺖُ ﺃَﻣْﺮِﻱ ﺇِﻟَﻴْﻚَ ﻭَﺃَﻟْﺠَﺄْﺕُ ﻇَﻬْﺮِﻱ ﺇِﻟَﻴْﻚَ ﺭَﻫْﺒَﺔً ﻭَﺭَﻏْﺒَﺔً ﺇِﻟَﻴْﻚَ ﻟَﺎ ﻣَﻠْﺠَﺄَ ﻭَﻟَﺎ ﻣَﻨْﺠَﺎ ﻣِﻨْﻚَ ﺇِﻟَّﺎ ﺇِﻟَﻴْﻚَ ﺁﻣَﻨْﺖُ ﺑِﻜِﺘَﺎﺑِﻚَ ﺍﻟَّﺬِﻱ ﺃَﻧْﺰَﻟْﺖَ ﻭَﺑِﻨَﺒِﻴِّﻚَ ﺍﻟَّﺬِﻱ ﺃَﺭْﺳَﻠْﺖَ

Allāhumma aslamtu wajhī ilaika wa fawadhtu amrī ilaika waljaktu zhahrī ilaika rahbatan wa raghbatan ilaika lā malja-a wa lā manja-a minka illā ilaika, āmantu bikitābikal ladzī anzalta wa nabiyyikal ladzī arsalta.

"Ya Allah, aku pasrahkan wajahku kepada-Mu, aku serahkan urusanku kepada-Mu, dan aku sandarkan diriku padamu (dalam segala urusanku), semata-mata karena takut akan kemurkaan dan azab-Mu. Tidak ada tempat berlari dan tidak ada tempat berlindung dari (kemurkaan)-Mu kecuali kepada-Mu. Aku beriman kepada kitab-Mu yang telah Engkau turunkan dan kepada nabi-Mu yang telah kau utus." (Hr. Muslim dan Abu Dawud)

Jika bermimpi baik, maka ucapkan Alhamdulillah, semoga mimpi itu menjadi kenyataan dan boleh diceritakan kepada orang lain. Tetapi jika mimpi buruk ucapkan:

أَعُوْذُ بِا للّه مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ
A'ūdzubillāhiminasyaithānirrajīm

"Aku memohon perlindungan kepada Allah, dari godaan syetan yang terkutuk."

Dengan isyarat meludah ke kiri dan tidak diceritakan kepada orang lain. (Hr. Bukhari dan Tirmidzi)

Doá ketika gelisah dalam tidur:

ﺃَﻋُﻮْﺫُ ﺑِﻜَﻠِﻤَﺎﺕِ ﺍﻟﻠﻪِ ﺍﻟﺘَّﺎﻣَّﺎﺕِ ﻣِﻦْ ﻏَﻀَﺒِﻪِ ﻭَﻣِﻦْ ﺷَﺮِّ ﻋِﺒَﺎﺩِﻩِ ﻭَﻣِﻦْ ﻫَﻤَﺰَﺍﺕِ ﺍﻟﺸَّﻴَﺎﻃِﻴْﻦَ ﻭَﺃَﻥْ ﻳَﺤْﻀُﺮُﻭْﻥِ
A'ūdzubikalimātillāhittammāti min ghadhabihi wa 'aqabihi wa syarri 'ibādihi wa min hamazātisy syayāthīni wa anyahdhurūn

"Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari kemarahan-Nya, azab-Nya, kejahatan hamba-hamba-Nya, dan dari kejahatan bisikan-bisikan syetan, juga dari kehadiran mereka." (Hr. Tirmidzi)

Apabila bermimpi (berhadats besar), segera keluar dari masjid untuk mandi janabat.

Doá bangun dari tidur:

َلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذي أَحْيَانَا بَعْدَ مَا أَمَاتَنَا وَإِلَيْهِ النُّشُورُ
Alhamdulillāhilladzī ahyānā ba'damā amātanā wa ilayhinnusyūr

"Segala puji bagi Allah yang menghidupkan kami setelah mati dan kepada Engkaulah kami akan kembali." (Hr. Bukhari)

#AdabDanSunnah

Adab Perjalanan

 

Adab Perjalanan 

Rasulullah SAW sebagai seorang pengemban amanah untuk menyebarkan agama Islam tidak bisa dilepaskan dari peristiwa perjalanan yang sangat bersejarah. Perjalanan hijrah dari Kota Makkah ke Madinah adalah salah satu perjalanan yang paling berpengaruh dalam Islam.

Oleh sebab itu, agar perjalanan kita menjadi perjalanan yang bermanfaat bahkan bernilai ibadah, maka perlu bagi kita untuk menyimak adab bepergian menurut Rasulullah berikut ini.

Muzakaroh Adab Perjalanan
Adab Adab Perjalanan


1.      Shalat safar 2 rakaat

2.      Do`a memakai sandal / sepatu / kasut

اَللَّهُمَّ اِنِّى اَعُوْذُبِكَ مِنَ اْلاِبْلِسِ وَجُنُدِهِ

Artinya : “ Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari Iblis dan bala tentaranya. “

3.      Tidak memakai hiasan dan wangi-wangian

4.      Do`a keluar rumah :

بِسْمِ اللهِ تَوَكَّلْتُ عَلَى اللهِ لاَحَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ اِلاَّ بِـاللهِ

5.      Saat naik kendaraan langkahkan kaki kanan denagan membaca : بِسْمِ اللهِ , setelah duduk bacalah اَلْحَمْدُ ِاللهِ , bila kendaraan mulai berjalan maka baca :

سُبْحَـانَ الَّذِى سَخَّرَ لَنَـا هَذَا وَمَـا كُنَّـا لَهُ مُقْرِنِيْنَ وَ اِنَّـا اِلَى رَبِّنَـا لَمُنْقَلِبُــوْنَ

Jika perjalanan naik / tanjakan baca : اَللهُ اَكْبَـرُ
Jika perjalanan turun, baca : سُبْحَـانَ اللهُ
Jika perjalanan mendatar, baca : اَلْحَمْدُ ِللهِ
Jika jalan berliku-liku, baca : : لاَ حَوْلَ وَلاَقُوَّةَ اِلاَّ بِـاللهِ
Jika melewati jembatan, baca : اَلَّهُمَّ يَلِّمْ وَسَلِّمُ
Jika melihat masjid, baca اَللَّهُمَّ صَلِّى عَلَى مُحَمَّدٍ
Jika melihat tempat ibadah bukan Islam, baca : لاَاِلَهَ اِلاَّ اللهُ لاَمَعْبُدْ اِلاَّ اللهُ
Jika melihat wanita bukan muhrim, baca : اَللَّهُمَّ اِنِّى اَعُوْذُبِكَ مِنْ فِتْنَـةِ النِّسَـاءِ
Jika melihat kebesaran dunia, baca : 
اَللَّهُمَّ اِنِّى اَعُوْذُبِكَ مِنْ فِتْنَةِ الدُّنْيَـا وَمِنْ عَذَابِ ا ْلاَخِرَةِ
Jika melihat kampung, baca : اَللَّهُمَّ بَـارِكْ لَنَـا فِيْـهَـا
اَللَّهُمَّ ارْزُقْنَـا جَنَـاهَـا وَحَبِبْنَـا اِلَى اَهْلِهَـا وَحَبِبْ صَـالِحِى اَهْلِهَـا اِلَيْنَـا.
Berhenti di tengah jalan atau penginapan, baca :
اَعُوْذُبِكَلِمَـاتِ اللهِ التَّـامَّـاتِ مِنْ سَرِّمَـا خَلَقَ
Turun dari kendaraan, baca :
رَبِّ اَنْزِلْنِى مُنْزَلاً مُبَـارَكًا وَاَنَـا خَيْرُالْمُنْزِلِيْنَ
Bila melihat kota, baca :
لاَاِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ, لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْيِى وَيُمِيْتُ وَهُوَ حَيُّ دَاءِمٌ لاَ يَمُوْتُ
بِيَدِهِ الْخَيْرِ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ.
Fadhilahnya :
  • Dapat 1000 kebaikan
  • Hapuskan 1000 dosa dan kejahatan
  • Diangkat 1000 derajat dalam surga.
Do`a naik kendaran laut, baca :
بِسْمِ اللهِ مَـجْرَهَـا وَمُرْسَهَـا اِنَّ رَبِّى لَغَفُوْرٌرَّحِيْـمٌ
وَمَـا قَدَرُوْالله َ حَقَّ قَدْرِهِ وَاْلاَرْضِ جَمِـيعًـا قَبْضَتُهُ يَوْمَ الْقِيَـامَـةِ وَالسَّمَوَتِ عَطْوِيَـاتِ بِيَمِنِهِ
سُبْحَـا نَـهُ وَتَعَـالَى عَمَّـا يُشْرِكُوْنَ
Do`a masuk rumah : اَللَّهُمَّ اِنِّى اَسْـأَََلُكَ خَيْرَ الْمَوْلُجِ وَخَيْرَ الْمَخْرَجِ


ALLAH SWT adalah Dzat yang selalu menyertai kita dimanapun kita berada,dirumah,dalam perjalanan, ketika terjaga & juga tidur, ketika hidup maupun setelah meninggal; DIA (ALLAH) selalu mengawasi gerak gerik kita, mendengarkan bisikan & permohonan kita.
Untuk lebih mengenal ALLAH SWT, sehingga tidak ada yg kita cintai selain ALLAH, tidak ada yg kita takuti selain ALLAH, tidak yg kita mintai kecuali ALLAH & tidak ada yang kita maksud (tuju) kecuali ALLAH maka perlunya kita mengetahu adab-adab kita kepada ALLAH kemudian mengamalkan & menjaganya setiap hari & setiap saat diantaranya :
  1. Menundukan wajah / muka & menjaga pandangan
  2. Meluruskan tujuan & bersandar hanya kepada ALLAH dalam setiap amalan
  3. Bersikap tenang & banyak diam dari perkataan yang sia-sia
  4. Cepat-cepat (bersegera) didalam melaksanakan perintah & menjauhi larangan agama
  5. Tidak menentang dalam perkara yang telah diputuskan ALLAH (Qodar) walaupun kita tidak menyukainya
  6. Berusaha selalu mengingat ALLAH & memikirkan keagungannya
  7. Berusaha membela yang haq & menentang yang batil
  8. Memutuskan rasa thoma’ (pengharapan) kepada mahkluk
  9. Tawadhu’ (rendah hati) semata-mata karena takut kepada ALLAH
  10. Tidak condong & terlau percaya kepada usaha-usaha keduniaan semata-mata hanya karena yakin & percayan kepada jaminan ALLAH dalam masalah rezekinya
  11. Selalu menghadirkan perasaan takut karena belum bisa menunaikan hak- hak ALLAH secara sempurna
Dalam beramal, adab-adab atau tertib beramal tidak kalah pentingnya untuk diperhatikan, karena amalan yang baik kalau tidak dikerjakan dengan adab / tertib yang betul, maka amalan tersebut akan rusak & tidak ada faedahnya.
Karenanya catatan diatas mengajak kepada kita semua untuk menjaga adab / tertib dalam beramal sehingga apa yang telah ALLAH berikan kepada orang-orang terdahulu akan ALLAH berikan juga kepada kita semua.