Rabu, 19 Mei 2021

ADAB JAULAH


Jaulah artinya keliling. Semua Anbiya’ (para Nabi a.s.) mengadakan jaulah menjumpai manusia untuk diajak beriman kepada Allah. Jaulah merupakan kumpulan usaha / amal Nabi yang dikerjakan dalam waktu bersamaan, yakni : Dakwah Ialllah, Taklim wat Ta’alaum, Dzikir Ibadah, dan Khidmat. Jaulah merupakan tulang punggung dakwah, sedangkan dakwah merupakan tulang punggung agama. Jaulah sangat penting bagi agama, tidak ada jaulah maka agama akan hancur, agama akan punah, agama tinggal nama, Al-Qur’an tinggal tulisan.

Maksud dan Tujuan Jaulah

Maksud dan Tujuan Jaulah antara lain untuk membentuk sifat sabar, tawadhu, ikhlas, ihsan, dan sifat lainnya. Sehingga mudah mengamalkan kurang lebih 154 hukum Islam. Sehingga Allah Subhanahu wa ta’ala memberikan hidayah dan mengekalkan hidayah dalam diri kita dan menjadi asbab tersebarnya hidayah pada diri orang lain.

Keutamaannya :

  • Siapa saja yang mengalami kesusahan untuk mengajak seorang dalam jaulah, maka Allah Subhanahu wa ta’ala akan memudahkan langkahnya masuk ke jannah. Setiap langkah kaki akan mengangkat derajatnya 700 kali di sisi Allah Subhanahu wa ta’ala dan akan menggugurkan dosa-dosa.
  • Para malaikat dan seluruh makhluk , baik yang di darat dan di laut dan di angkasa memohon ampunan bagi orang yang berjaulah.
  • Para malaikat merendahkan sayapnya untuk dilalui dan debu-debu yang menempel akan menjadi tameng asap api neraka.
  • Berdiri sesaat di jalan Allah lebih baik dari pada beribadah di depan Hajar Aswad dan pada malam Lailatul Qadar.
  • Barang siapa yang terluka di jalan Allah atau tertimpa musibah, maka sesungguhnya ia akan dibangkitkan dengan darah yang masih menetes seperti keadaannya pada waktu ia terluka, yang warna darahnya seperti za’faron dan harumnya seperti harum katsuri.

Kelompok jaulah terbagi dua, yaitu :

  • Kelompok di dalam masjid adalah : (1) dzakirin/mudzakir , tugasnya berdzikir dengan khusyu’ dan berdo’a memohon hidayah bagi umat manusia hingga meneteskan air mata, dan baru berhenti bila jamaah yang diluar telah kembali, (2) muqarrar , tugasnya mengulang-ulang pembicaraan iman dan ‘amal shalih (taqrir), (3) mustami’, tawajjuh mendengar pembicaraan taqrir , dan (4) Istiqbal, tugasnya menyambut orang yang datang ke masjid lalu mempersilahkan shalat Tahiyyatul Masjid , dipersilahkan duduk dalam majlis taqrir, juga menunggu dengan penuh kerisauan dan fikir kepada saudaranya yang belum datang ke masjid.
  • Kelompok di luar masjid adalah : (1) dalil, sebagai penunjuk jalan , sebaiknya dalil adalah warga setempat untuk menunjukan mana rumah non muslim, muslim, ulama, umara, dan ahli masjid atau orang yang belum shalat berjamaah di masjid. (2) mutakallim, sebagai juru bicara, penyambung risalah Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam. (3) Makmur, tugasnya berdzikir (dalam hati), tidak berbicara , dan mengantarkan jamaah cash ke masjid , dan (4) amir jaulah, bertanggungjawab terhadap rombongan jaulah. Jika ada yang melanggar tertib maka amir mengucapkan Subhanallah, dan masing-masing mengoreksi dirinya bukan melihat orang lain. Jika masih tidak tertib juga , maka amir memberi targhib dan berhak memutuskan, apakah jaulah dilanjutkan atau kembali ke masjid.
  • Dalam surat Yasin diceritakan tentang jaulah Habib An-Najar yang mati syahid ketika buat jaulah.
  • Tatkala Kami utus dua orang (Mutakallim dan Amir) QS Yasin : 14. Maka Kami kuatkan dengan yang ketiga (makmur) QS Yasin : 14. Dan datanglah seseorang dari pinggiran kota dengan tergesa-gesa (Dalil) QS Yasin : 20.

Pada waktu jaulah hendaknya membawa empat sifat :

  • Fikir, dalam berjaulah ini bukan sekedar melihat-lihat suasana tetapi harus dijalankan dengan penuh fikir dan risau Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam , bagaimana agar umat manusia selamat dari adzab Allah subhanahu wa ta’ala sehingga Islam menjadi rahmatan lil’alamin.
  • Dzikirjangan buat jaulah dengan hati yang lalai , buat jaulah dengan do’a dan mengingat Allah Subhanahu wa ta’ala, merasa diawasi dan dilihat oleh Allah Subhanahu wa ta’ala dan berharap Allah Subhanahu wa ta’ala menurunkan hidayah-Nya.
  • Syukur, hemdaknya bersyukur telah dipilih dan dilibatkan oleh Allah Subhanahu wa ta’ala dalam tugas yang mulia untuk melanjutkan usaha nubuwwah, padahal kita orang yang dhaif dan tak berilmu, karena sesungguhnya kita tak pantas melakukan usaha yang mulia ini, usaha para nabi dan rasul.
  • Sabar , hendaknya memahami bahwa segala usaha ke arah perbaikan pasti ada rintangannya, iblis dan sekutu-sekutunya tidak akan pernah berhenti sampai hari kiamat untuk menghalangi. Tidak semua orang paham akan amalan ini, kecuali orang-orang yang telah diberi hidayah oleh Allah Subhanahu wa ta’ala. Oleh sebab itu kita akan bertemu dengan orang-orang yang memilii sifat-sifat seperti : (1) Abu Bakar , langsung menyambut baik menerima dan ikut ambil bagian dalam usaha ini (jamaah cash) , (2) Abu Thalib, sangat mendukung dan memberi fasilitas serta membela jika ada yang menentang, tetapi sayang tak mau bergabung hingga akhir hayatnya, karena menganggap derajat bangsawannya akan jatuh jika bergabung dalam usaha ini , (3) Abu Sofyan, masih enggan dan malu, nanti orang-orang berbondong-bondong memeluk Islam , baru bergabung setelah fathul Makkah. (4) Abu Jahal , yang digambarkan menentang keras dan berusaha selalu menghalangi dengan berbagai cara kapanpun dan dimanapun serta dalam  situasi dan kondisi apa saja.

Kerja Dakwah adalah kerja yang paling banyak memberikan maslahat , sehingga syetan dan kawan-kawannya takkan berhenti menghalangi. Hal ini adalah sunnatullah, sebagaimana Allah Subhanahu wa ta’ala menurunkan hujan ke bumi ini, ada yang suka dan ada yang tidak suka. Para petani akan bergembira karena tanamannya mendapat siraman air, tetapi sebaliknya, petani yang sedang menjemur padi-nya kurang senang karena jemurannya tidak kering . Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang berakhlak mulia, juga tetap diuji dengan hal-hal yang tidak menyenangkan dalam amal dakwah ini. Dan tetap bergerak walaupun kaum kuffar , musrikunmunafikun, dan fasikin tidak suka.

“Dialah Yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar Dia memenangkannya di atas segala agama-agama meskipun orang-orang musyrik benci.” (QS. As Shaff : 9)

Para Nabi dan rasul yang terdahulu pun mengalaminya. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman :

“Dan seperti itulah telah kami adakan bagi tiap-tiap nabi, musuh dari (kalangan) orang-orang yang berdosa. Dan cukuplah Rabbmu menjadi Pemberi Petunjuk dan Penolong.” (Qs. Al Furqon : 31)

Sebelum berjaulah seluruh rombongan dipersiapkan . Adab-adab jaulah disampaikan setelah selesai pembagian tugas, agar masing-masing memahami adab-adabnya. Diantara adab jaulah adalah :

  • Berdoa memohon hidayah di tempat yang terbuka
  • Disunnahkan berjalan di sebelah kanan dengan menundukan pandangan seolah mencari barang yang hilang, karena pandangan yang tidak terjaga  akan dapat menyebabkan rusaknya amalan ini, sehingga menghalangi turunnya hidayah. Ketika jaulah kita menundukan pandangan, maka akan mudah mengamalkan Al Qur’an. Tetapi bila tidak menundukan pandangan, tidak akan dapat mengamalkan Al Qur’an, bahkan hafalan ayat-ayat Al Qur’an akan dapat hilang. Memandang yang halal diperbolehkan , tetapi pandangan tersebut dapat mentasykil (mengajak) hati untuk menginginkan barang yang dilihat. Apabila menundukan pandangan, maka akan melihat hakikat tanah tempat kita akan dikuburkan serta batu yang pecah-pecah  ketika Allah Subhanahu wa ta’ala menghancurkan bumi ini.
  • Dalil dan mutakallim berada di depan, sedangkan amir di belakang.
  • Hindari berdiri di depan pintu rumah, apa yang ada dalam rumah bagi orang yang kita kunjungi adalah “aurat“, maka hendaknya kita menghormati pemilik rumah dengan tidak melihat-lihat pemandangan dalam rumah tanpa seizin pemilik rumah. Jika kita berdiri tepat di depan pintu rumah kemungkinan untuk melihat isi rumah menjadi besar.
  • Dalil mengetuk pintu rumah ,  jika tuan rumah tidak merespon, maka ketukan diulangi lagi sehingga sampai 3 kali , ditiap jeda saat menuggu respon dari tuan rumah, dianjurkan  berdzikir kalimat thoyyibah subhanallah wal hamdulillah wa laailahaillallah wa Allahuakbar (dzikir lisan ataupun dzikir qolbi , yang tidak dikeraskan) , jika tidak ada respon  dari tuan rumah maka jamaah meninggalkan rumah tersebut dengan berprasangka baik.
  • Apabila tuan rumah berada di tempat, maka mutakallim yang berbicara dan semua anggota rombongan mendengarkan pembicaraan mutakallim dengan tawajjuh (konsentrasi) dan risau bagaimana Allah Subhanahu wa ta’ala memudahkan langkah tuan rumah menuju masjid. Mutakallim menyampaikan maksud dan tujuan silaturrahimtarghib mengenai kebesaran Allah dan alam akhirat, serta pentingnya iman dan amal shalih. Kemudian tasykil ke masjid. (pembicaraan tidak panjang seperti bayan dan tidak pendek seperti i’lan (pengumuman) , sesuai dengan kapasitas orang yang dijumpai (pembicaraan tidak mesti seragam).
  • Jaulah ditangguhkan sebelum waktu adzan, dengan amir rombongan memberi  targhib dan mengingatkan lagi bahwa jaulah ini diniatkan untuk seluruh alam dan niat akan dilanjutkan sampai anak cucu kelak sampai hari kiamat. Dan perbanyak istighfar sebab mungkin banyak melanggar tertib, dan juga karena masih banyak saudara muslim  yang belum tertunaikan hak-haknya.
  • Jaulah dilakukan sebelum shalat waktu Maghrib, atau sesuai dengan kondisi masyarakat setempat. Apabila masyarakat rata-rata berada dirumah pada malam hari, jaulah dilakukan ba’da Maghrib dan bayannya ba’da Isya (diantara dua waktu shalat).

Adab Bersiwak

 

Bersiwak dan Adab-Adabnya


Siwak berbeda dengan sikat gigi. Siwak adalah sejenis kayu yang digunakan oleh Rasulullah S.A.W untuk membersihkan gigi. Beliau S.A.W bersabda,

"Seandainya tidak memberatkan umatku, maka kuanjurkan untuk bersiwak setiap akan melaksanakan shalat." (Muttafaq 'Alaih)


Diantaranya ketika dia masuk kedalam rumah…

 رَوَى شُرَيْحٌ بْنُ هَانِئِ قَالَ : سَأَلْتُ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا بِأَيِّ شَيِءٍ يَبْدَأُ النَّبِيُّ إِذَا دَخَلَ بَيِتَهُ ؟ قَالَتْ : بِالسِّوَاكِ (رواه مسلم)

Telah meriwayatkan Syuraih bin Hani, beliau berkata : “Aku bertanya kepada ‘Aisyah : “Apa yang dilakukan pertama kali oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam jika dia memasuki rumahnya ?” Beliau menjawab :”Bersiwak”. [Hadits riwayat Muslim, Irwaul Ghalil no 72] 


Atau ketika bangun malam… 

عَنْ حُذَيْفَةَ بْنِ الْيَمَانِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : كَانَ رَسُوْلُ اللهِ إِذَا قَامَ مِنَ اللَّيْلِ يَشُوْسُ فَاهُ بِالسِّوَاكِ 

“Dari Hudzaifah ibnul Yaman Radhiyallahu ‘anhu, dia berkata : “Adalah Rasulullah jika bangun dari malam dia mencuci dan menggosok mulutnya dengan siwak”. [Hadits riwayat Bukhari] 


Bahkan dalam setiap keadaan pun boleh bagi kita untuk bersiwak. Sesuai dengan hadits di atas (السِّوَاكَ مَطْهَرَةٌ لِلْفَمِّ مَرْضَاةٌ لِلرَّبِّ). 

Dalam hadits ini Rasulullah Shallallahualaihi wasallam memutlakkannya dan tidak mengkhususkannya pada waktu-waktu tertentu. Oleh karena itu siwak boleh dilakukan setiap waktu (Syarhul mumti’ 1/120, Fiqhul Islami wa Adillatuhu 1/300), sehingga tidak disyaratkan hanya bersiwak ketika mulut dalam keadaan kotor [Syarhul Mumti’ 1/125].


Disunnahkan bersiwak ketika berwudhu, sebelum dan setelah bangun tidur, sebelum makan, memasuki rumah, sebelum membaca al Qurán, sebelum berdzikir, sebelum menghadiri suatu majelis, sebelum bersetubuh, pada waktu sahur dan apabila tanda-tanda kematian telah mendekat. Jika istiqamah mengámalkannya, Allah S.W.T akan melipatgandakan pahala shalatnya.


Rasulullah S.A.W bersabda,

"Dua rakaat shalat yang dilakukan dengan bersiwak, lebih utama daripada 70 rakaat yang dikerjakan tanpa bersiwak." (Hr. Abu Nua'im)


Keutamaan siwak adalah: (1) mensucikan mulut, (2) membuat Allah S.W.T ridha, (3) menghilangkan bau mulut, (4) mencerahkan pandangan, dan (5) sebagai obat dan memfasihkan berbicara.


Adab-adabnya antara lain:


● Sebelum bersiwak mengucapkan basmalah dan berdoá:

Doa Sebelum bersiwak:

ﺍَﻟﻠَّﻬُـﻢَّ ﻃَﻬِّﺮْ ﻓَﻤِﻰ ﻭَﻧَﻮِّﺭْ ﻗَﻠْﺒِﻰ ﻭَﻃَﻬِّﺮْ ﺑَﺪَﻧِﻰ ﻭَﺣَﺮِّﻡْ ﺟَﺴَﺪِﻯ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﻨَّـَﺎﺭِ .

Allāhumma thahhir famin wa nawwir qalbī wa thahhir badanī waharrim jasadï 'alannār

"Ya Allah, sucikanlah mulutku, terangilah hatiku, sucikanlah badanku dan haramkanlah diriku dari api neraka."


● Memegang siwak dengan tangan kanan, diletakkan di antara jari manis dan jempol, tiga jari lainnya diletakkan di atas siwak.


● Bersiwak dimulai pada gigi atas sebelah kanan, lalu gigi atas sebelah kiri, kemudian gigi bawah sebelah kanan ke kiri.


● Siwak ditarik dari atas ke bawah, di sebelah kanan atas tiga kali, lalu ke kiri atas tiga kali, kemudian ke bawah dan hendaknya mengambil air tiga kali.


● Siwak hendaknya dicuci sebelum dan sesudah digunakan, letakkan siwak dengan posisi berdiri dan jangan diletakkan di tanah.


● Panjang siwak yang ideal adalah sejengkal dan paling pendek 12 cm, pilih siwak yang agak lurus sebesar jari manis.


● Sekurang-kurangnya bersiwak tiga kali, dan setiap satu kali sebaiknya disertai dengan menggunakan air. Sebaiknya siwak direndam lebih dahulu dengan air yang mengandung ghulab (sejenis bunga yang harum) atau air mawar sebelum digunakan.


● Boleh bersiwak di dalam masjid, namun dalam kitab Badzlul Maujud dianjurkan sebaiknya tidak bersiwak di dalam masjid, karena tujuan bersiwak untuk menghilangkan bau, sedangkan makruh menimbulkan bau busuk di dalam masjid.


● Makruh bersiwak di dalam WC dan makruh menggunakan siwak orang lain.


#AdabDanSunnah